PALI - Warga Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) digemparkan oleh kasus pembunuhan yang menyayat hati dan menyeret hubungan keluarga sebagai pemicu utama. Korban bernama Lekat (26), warga Desa Sungai Ibul, Kecamatan Talang Ubi, Sumatra Selatan tewas secara mengenaskan setelah diduga dibacok berkali-kali oleh dua kerabat dekatnya pada Jumat (12/9/2025) siang.
Peristiwa tragis ini terjadi tidak lama setelah korban dinikahkan dengan kakak perempuan salah satu pelaku. Ironisnya, konflik internal keluarga justru menjadi latar belakang peristiwa berdarah tersebut.
Kronologi Peristiwa
Kapolres PALI, AKBP Yunar Hotma Palurian Sirait, S.H., S.I.K., M.I.K., dalam konferensi pers di Mapolres PALI pada Senin (15/9/2025), memaparkan kronologi kejadian.
Awalnya, salah satu pelaku berinisial P (20) mendapati korban berada di kamar bersama kakak perempuannya pada Selasa (9/9/2025) dini hari. Untuk menjaga nama baik keluarga, keduanya kemudian dinikahkan secara sederhana di rumah Kepala Dusun.
Namun, setelah pernikahan, korban disebut tidak pernah menunjukkan itikad baik untuk menjalin komunikasi maupun silaturahmi dengan keluarga istrinya. Hal itu menimbulkan kekecewaan mendalam, hingga akhirnya berujung pada dendam yang memuncak.
Puncak tragedi terjadi pada Jumat siang (12/9/2025), ketika korban melintas di depan rumah pelaku dengan membonceng anak gadisnya. Saat diminta berhenti, korban diduga hanya melemparkan senyum sinis, yang kemudian memicu emosi pelaku.
Dengan penuh amarah, P dan L (anak P) mengejar korban hingga ke Sungai Limpah. Tanpa ampun, korban diserang menggunakan senjata tajam berkali-kali hingga terkapar bersimbah darah. Tragisnya, anak korban yang turut menyaksikan peristiwa itu menangis histeris menyaksikan ayahnya dibantai di depan mata.
Setelah kejadian, kedua pelaku sempat melarikan diri. Namun, tidak butuh waktu lama bagi tim Satreskrim Polres PALI untuk meringkus keduanya dan membawa ke proses hukum.
Pesan Moral dan Bijak
Kasus ini menjadi pengingat betapa rapuhnya kendali emosi dapat menghancurkan kehidupan banyak pihak. Masalah keluarga seharusnya diselesaikan dengan kepala dingin, komunikasi terbuka, serta jalan damai yang bermartabat.
Amarah sesaat dan dendam yang dipelihara hanya akan menambah luka, bukan menyelesaikan persoalan. Akibat tindakan gegabah, nyawa melayang, keluarga hancur, anak kehilangan orang tua, dan masa depan generasi berikutnya pun terenggut.
Mari jadikan peristiwa ini pelajaran berharga: kendalikan emosi, utamakan musyawarah, dan hindari kekerasan dalam menghadapi konflik keluarga. Karena sekali darah tertumpah, penyesalan tidak akan pernah mampu menghapus luka yang ditinggalkan.
