Kendari – Nurleni, seorang ibu rumah tangga berusia 58 tahun yang berdomisili di Perumahan Lepolepo Mas, Kelurahan Lepolepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, telah membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah halangan untuk meraih pendidikan tinggi bagi anak-anaknya. Sejak tahun 1997, ia menekuni profesi sebagai pedagang keliling demi mengumpulkan biaya pendidikan bagi keempat anaknya.
Setiap hari, Nurleni menawarkan berbagai jenis makanan tradisional khas Kabupaten Muna seperti tahu isi, pisang goreng, doko-doko, dan roti, yang ia jajakan dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi yang ia sasar meliputi perkantoran, tempat tongkrongan, hingga sekolah-sekolah di Kota Kendari.
“Saya keliling jualan ke mana saja, yang penting dagangan saya bisa laku,” ujarnya pada Senin, 20 Mei 2024.
Dengan keuntungan harian antara Rp50.000 hingga Rp100.000, Nurleni dan suaminya, Sumarlin (63), secara konsisten mengalokasikan hasil jerih payah mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup dan membiayai pendidikan keempat anak mereka.
Hasil kerja keras tersebut kini membuahkan hasil. Anak pertama, Ahmad Karomin, telah menyelesaikan pendidikan di Universitas Halu Oleo (UHO). Anak kedua, Suhermanto Ismoyo, meraih gelar sarjana dari Universitas Indonesia (UI). Sementara anak ketiga, Joko Santoso, juga menempuh pendidikan di UHO dan saat ini tengah menjalani program magang di Jepang. Anak bungsu mereka, Dewi Sinta, masih menjalani perkuliahan di UHO dan telah memulai usaha di bidang jahit-menjahit.
Selama 27 tahun menjalani profesi sebagai pedagang keliling, Nurleni telah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari panas terik hingga hujan deras, sambil memikul dagangan demi mencukupi kebutuhan keluarga.
“Yang penting anak-anakku bisa sekolah, supaya masa depannya bagus semua,” ucapnya dengan penuh haru.
Meski anak-anaknya telah menyarankan untuk beristirahat dan menikmati masa tua di rumah, Nurleni mengaku masih ingin terus berjualan. Ia merasa tidak terbiasa berdiam diri dan tetap memilih menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Kisah Nurleni menjadi inspirasi dan bukti nyata bahwa semangat, ketekunan, dan pengorbanan orang tua merupakan fondasi penting dalam membangun masa depan generasi penerus.