BKSDA Sultra Harapkan Bersama Stekholder, Masyarakat Jaga Kawasan Hutan Konservasi,Industri dan Hutan Lindung.

Berita Terbaru di MEDSOS

Welcome di www.harianpopuler.com Kontributor Liputan Artikel,Berita,Video kirim CP/HP : 0838 4370 0286.
PT.Marketindo Selaras di Laporkan di Kejati Sultra Oleh KeTum HMI MPO Konawe Selatan (Konsel). Dengan Dugaan Penyerobotan Lahan.., Berlubang,Hancur Dan Rusak Parah Jalan Poros di Desa Awuliti, Desa Meraka Lambuya Kab.Konawe www.harianpopuler.com

BKSDA Sultra Harapkan Bersama Stekholder, Masyarakat Jaga Kawasan Hutan Konservasi,Industri dan Hutan Lindung.

Minggu, 14 Juli 2024, Juli 14, 2024

          Kepala BKSDA Sakrianto Djawie, SP., M.Si


HARIANPOPULER.com - SULTRA, - KENDARI - BKSDA Sultra mengelola kawasan konservasi 12 kawasan di Sulawesi Tenggara, selain kawasan konservasi ada kawasan industri dan hutan lindung. 


Jadi kawasan konservasi ini cuma 10  persen dari total luas kawasan hutan di provinsi sultra sekitar 2 juta hektar, sekitar 286 ribu kawasan hutan konservasi yang kita harapkan, adalah jadi benteng terakhir. 


"Karena kawasan konservasi ini tidak ada pemanfaatan, hanya pemanfaatan jasa lingkungan begitu, jadi pemanfaatan seperti di luar sektor hutan perkebunan, pertambangan itu tidak di boleh di gunakan dalam kawasan hutan konservasi ini yang kita harus jaga". 


Kemudian di dalam kawasan hutan konservasi itu ada keanekaragaman hayati kita ada satwa anoa yang kita banggakan dan satwa ini yang harus kita jaga, jangan sampai terjadi kepunahan. 


"Satwa yang di lindungi ini ada di kawasan hutan konservasi ada di hutan produksi dan hutan lindung, dan sekarang itu tekanannya ada di hutan produksi maupun hutan lindung yang berada pemanfaatan di luar sektor kehutanan, ini yang harus kita kendalikan agar kehidupan satwa tetap terjaga, Sampai ada pemanfaatan lain seperti kegiatan perkebunan,pertambangan". 


Dan aspek paling penting pelestarian dari satwa kita, oleh karena itu kita mengharapkan semua stakeholder baik pemerintah,masyarakat mari kita sama sama menjaga kita punya kebanggan satwa anoa yang menjadi ikon daerah kita. 


"Kemudian selain itu, sekarang ada tren kenaikan konflik antara manusia, dan satwa liar ini di akibatkan karena adanya kerusakan habitat. Seperti buaya muara, ini di akibatkan karena adanya kerusakan habitat". 


Baca Juga Artikel Berita Terkait:👇

Menjaga Kelestarian Alam di Sultra Teman Teman Media Diskusi Lepas Dengan Sakrianto (BKSDA) Sultra 


Kenapa kita bisa simpulkan seperti itu karena buaya ini top predator tidak sama seperti ular. 

Kalau top predator itu ada sistem yang menjaga keseimbangan populasinya, misalnya satwa buaya muara yang menetas 10 ekor tapi yang bisa hidup sampai dewasa itu paling 2 ekor karena ada top predator alami lainnya yaitu buaya jantan. 



Jadi yang top predator itu akan tetap seimbang di dunia karena kalau tidak ada pemangsa alaminya tidak ada sistem seperti itu, itu akan terjadi letupan tingkatan populasi yang sangat tinggi. Dan itu sudah di atur oleh Allah SWT. 



Sehingga kita bisa simpulkan bahwa ini sudah terjadi kerusakan habitat ada peralihan peralihan fungsi di sekitaran muara sungai, yang tadinya ada hutan di situ ada tempat pakannya buaya muara mungkin sudah tidak ada setelah di ubah menjadi tambang, pemukiman, sawah dll. 



Sehingga kalau tidak ada pengaturan ruang di muara sungai oleh pemerintah daerah maka konflik ini akan tetap terjadi dan akan semakin meningkat dan ini yang kita harapkan mari kita sama sama tanggulangi baik dari pemda, kementrian, sampai kemasyarat sama sama menanggulangi, Supaya kita kembalikan posisi fungsi fungsi kawasan yang berada di muara sungai. 


"Kalau tidak ada penanggulangan seperti ini ya akan terjadi konflik terus menerus".




Narasumber : Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie, SP., M.Si

Red/JsM





TerPopuler